
Jayapura, INFODIS.ID – Ancaman defisit pangan masih membayangi banyak wilayah di Indonesia, dengan Papua menjadi salah satu titik rawan. Data terbaru dari Komisi IV DPR RI menyebutkan, sekitar 30% kabupaten dan kota di Tanah Air, khususnya di kawasan timur, belum mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka secara mandiri dan masih bergantung pada pasokan dari luar daerah.
“Papua termasuk daerah yang mengalami defisit pangan. Tapi ini bukan hanya di Papua, hampir 30 persen kabupaten dan kota di Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri,” tegas Anggota Komisi IV DPR RI, Riyono, dalam Kunjungan Kerja Reses ke Jayapura, Papua, Jumat (31/10) lalu.
Riyono menyoroti bahwa ketergantungan antarwilayah ini menciptakan kerentanan dalam ketahanan pangan nasional. Fluktuasi harga dan gangguan distribusi di daerah pemasok dapat langsung berdampak pada stabilitas pasokan dan harga di daerah-daerah defisit.
Untuk mengatasi hal ini, ia menekankan pentingnya penguatan produksi pangan lokal. Setiap daerah, menurutnya, harus didorong untuk mengembangkan kebijakan pangan yang berbasis pada potensi dan kekhasan wilayahnya masing-masing.
“Kita ingin Indonesia Timur, termasuk Papua, bisa memenuhi kebutuhan pangannya dari tanah sendiri. Ini penting untuk memperkuat ketahanan pangan nasional,” ujar Riyono.
Sebagai solusi jangka panjang, Riyono mendorong pemerintah untuk serius mengembangkan sistem pangan berkelanjutan. Untuk kawasan Indonesia Timur, termasuk Papua, komoditas potensial seperti sagu, jagung, dan produk hortikultura dinilai dapat menjadi tulang punggung ketahanan pangan regional.
Penguatan dari hulu ke hilir, mulai dari budidaya, pengolahan, hingga distribusi, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan dan membangun kemandirian pangan, sekaligus mengangkat perekonomian lokal.(ery)
