
Vatikan, infodis.id – Paus Fransiskus memulai perjalanan terpanjangnya sejak diangkat sebagai pemimpin Gereja Katolik pada tahun 2013. Pada hari Senin, Sri Paus bertolak dari Vatikan menuju Indonesia, negara pertama dalam rangkaian kunjungannya yang juga mencakup Papua Nugini, Timor-Leste, dan Singapura.
Perjalanan ini akan melibatkan sekitar 43 jam waktu penerbangan dengan total jarak mencapai 32.000 kilometer, menjadikannya salah satu misi pastoral paling ambisius yang pernah dilakukan oleh Paus Fransiskus.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi sorotan internasional, mengingat Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, namun juga memiliki sejarah panjang kerukunan antar umat beragama.
Lawatan ini diharapkan dapat memperkuat dialog antar agama dan mempromosikan perdamaian di kawasan Asia Tenggara. Sri Paus dijadwalkan untuk bertemu dengan para pemimpin agama dan masyarakat setempat, serta mengunjungi beberapa situs bersejarah dan gereja.
Papua Nugini, Timor-Leste, dan Singapura juga menjadi tujuan penting dalam perjalanan Paus Fransiskus kali ini. Di Papua Nugini, Sri Paus diharapkan akan membahas isu-isu sosial dan lingkungan yang mendesak, termasuk dampak perubahan iklim terhadap masyarakat adat. Sementara di Timor-Leste, negara dengan mayoritas Katolik di Asia Tenggara, Paus Fransiskus akan menyampaikan pesan-pesan perdamaian dan harapan di tengah tantangan ekonomi dan sosial yang dihadapi negara muda tersebut.
Singapura, sebagai salah satu negara paling maju di kawasan ini, akan menjadi pemberhentian terakhir Paus dalam perjalanannya. Di sana, Sri Paus akan bertemu dengan para pemimpin politik dan agama untuk membahas isu-isu global, termasuk pentingnya toleransi beragama dan upaya bersama dalam memerangi kemiskinan.
Perjalanan ini menandai komitmen Paus Fransiskus untuk menjangkau berbagai belahan dunia, terutama kawasan yang jarang dikunjungi oleh pemimpin Gereja Katolik sebelumnya. Kunjungan ini juga mencerminkan fokus Sri Paus pada dialog lintas agama dan upaya untuk memperkuat hubungan antara Gereja Katolik dan komunitas-komunitas lokal di Asia Tenggara. (ery)
