Keunggulan lain, lanjut Adjie, rumah tersebut bersifat hybrid, yaitu bisa menjadi hunian sementara, kemudian dapat dikembangkan oleh masyarakat menjadi hunian tetap mereka.
“Rumah tersebut dapat direduksi seperti ruang studio maupun ditambah menjadi rumah yang lebih luas,” tambahnya.
Wahyu juga berharap bahwa pembangunan permukiman ini bisa ditambah dengan penanaman hutan bambu di sekitar kaki Gunung Semeru.
“Penanaman bambu ini dapat menjadi alarm bagi warga desa karena bambu akan mengeluarkan suara keras ketika terkena awan panas,” ungkapnya.
Diharapkan konsep ini dapat segera direalisasikan. Sehingga, rumah yang dibangun ke depannya bisa lebih ramah terhadap bencana alam, khususnya di daerah kaki Gunung Semeru.
“Kami berharap rumah tersebut bisa lebih resilien dan tidak mudah roboh,” tandas Bambang penuh harap. (smr)