Mujoko menerangkan, kendala yang sering dihadapi ketika pelaksanaan vaksinasi lansia di lapangan adalah lansia seringkali disembunyikan oleh keluarga. Padahal kalau lansianya sendiri tidak ribet, orangnya jelas dan tidak terlalu mobilitas.
“Tetapi keluarga seringkali menyembunyikan lansia dengan berbagai macam alasan mulai dari sakit dan sebagainya. Intinya lansia ini selalu disembunyikan oleh keluarganya. Kalau lansia sendiri tidak ada masalah,” terangnya.
Lebih lanjut Mujoko menegaskan apabila lansia paham justru akan mengejar ingin mendapatkan vaksin. Tetapi kalau yang tidak paham dan keluarganya banyak termakan hoax, rata-rata akan menyembunyikan lansianya.
“Walaupun kita sudah door to door tetap tidak akan dikeluarkan,” ujarnya.
Terkait dengan vaksinasi lansia ini tegas Mujoko, jika lansia pada dosis 1 dan 2 memakai Sinovac, maka harapannya untuk booster atau vaksin tiga bisa memakai vaksin Pfizer atau AstraZeneca. Jika dosis 1 dan 2 memakai AstraZeneca, maka booster memakai Moderna.
“Itu rekomendasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Namun apabila itu tidak ada yang bisa diboosterkan maka bisa menggunakan vaksin yang ada. Misalnya mereka khawatir dan ketakukan menggunakan vaksin lain dan minta dosis 3 linier, maka juga tidak ada masalah. Misalnya Sinovac semua dan lain sebagainya,” tuturnya.