
RUNGKUT tidak habis-habisnya menghadirkan wisata yang unik dan menarik bagi masyarakat sekitar maupun wisatawan lokal.
Kecamatan yang berada di bagian timur Surabaya ini tak hanya dikenal sebagai kawasan industri dan permukiman, tetapi juga menjadi lokasi beragam destinasi wisata kreatif dan kuliner lokal yang khas.
Di Rungkut Lor contohnya, terdapat sebuah kampung yang cukup unik yang menjajakan jajanan pasar tiap harinya.
Kampung Kue Rungkut, begitulah namanya.
Kampung ini dihuni oleh para pelaku usaha rumahan yang sebagian besar adalah ibu-ibu rumah tangga dan warga lokal yang telah menekuni dunia kuliner sejak lama.
Lokasinya memang agak tersembunyi, masuk ke dalam area perkampungan warga.
Tepatnya berada di Jalan Rungkut Lor Gang II No.1, Kali Rungkut, Kecamatan Rungkut, Surabaya, Jawa Timur. Meski tidak berada di jalan utama, tempat ini tidak pernah sepi pengunjung.
Berbagai jenis kue tradisional dapat ditemukan di sini, mulai dari kue bikang, nogosari, kue lapis, putu ayu, hingga lemper dan klepon.
Sebagian besar kue dihasilkan dengan resep turun-temurun dan menggunakan bahan alami tanpa pengawet. Hal ini menjadikan cita rasa kue di Kampung Kue Rungkut tetap autentik dan segar.
“Resep ini dari ibu saya, dan ibu saya dapat dari nenek,” ujar Bu Sri Wahyuni, salah satu produsen kue yang telah berjualan di Kampung Kue sejak tahun 2010.
“Setiap hari saya bangun jam 2 pagi untuk menyiapkan bahan-bahan. Kami di sini saling bantu. Ada yang bikin adonan, ada yang bungkus, ada yang antar ke pasar. Meski capek, rasanya senang karena bisa terus lestarikan kue tradisional,” tutur Bu Sri dengan senyum hangat.
Tak hanya dijual untuk kebutuhan rumah tangga, kue-kue ini juga sering dipesan untuk acara-acara besar seperti pernikahan, pengajian, syukuran, hingga keperluan katering di hotel dan perkantoran.
Tak ada tiket masuk untuk berkunjung ke Kampung Kue Rungkut. Pengunjung bisa langsung datang dan menyusuri gang-gang kecil di mana para pelaku UMKM membuka lapaknya.
Bagi sebagian orang, berkunjung ke sini bukan hanya soal membeli jajanan, tapi juga pengalaman yang menyenangkan. Kita bisa melihat langsung proses pembuatan kue, bahkan ikut belajar membentuk atau membungkus kue dari para pembuatnya.
“Anak-anak sekolah juga sering datang buat belajar langsung. Mereka senang bisa tahu cara bikin klepon atau lemper. Ini cara yang bagus buat kenalkan budaya kuliner ke generasi muda,” tambah Bu Sri.
Salah satu pengunjung mengungkapkan “Aku udah dari zaman kuliah suka ke sini. Soalnya kue-kue di sini rasanya tuh kayak buatan nenek di kampung. Lembut, enggak terlalu manis, dan berasa banget pakai bahan alami,” ujarnya sambil memegang dua kantong plastik berisi kue nogosari dan lapis legit.
Harganya juga bikin senyum-senyum sendiri. Bayangin aja, satu kue cuma dibanderol mulai dari Rp1.500 sampai Rp3.000. Murah meriah banget, kan? Buat yang sekadar pengin jajan atau bawa pulang buat keluarga di rumah, tempat ini benar-benar surga.
Dan yang bikin tambah seru, suasana di Kampung Kue ini hangat banget. Para penjualnya ramah, kadang sambil melayani pembeli, mereka juga ngobrol santai, tukar kabar, atau sekadar bercanda ringan. Rasanya seperti belanja di rumah sendiri.
Ia juga menambahkan “Kalau enggak buru-buru kesini, bisa-bisa kehabisan. Jadi wajib banget datang ke sini pagi hari. Sekalian jalan-jalan pagi, sekalian jajan,” ujarnya sambil tertawa kecil. (***)
Kevin Irgi Fahrezaldy
Mahasiswa
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Ilmu Komunikasi
Dosen Pengampu
Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A.