Mbua, infodis.id – Di tengah hamparan pegunungan Papua, sebuah distrik bernama Mbua tengah berbenah diri. Masyarakatnya, bersama dengan Prajurit Lintas Udara 432 Kostrad, bahu membahu mengantarkan wilayah mereka menuju gerbang ekonomi yang lebih maju.
Salah satu langkah nyata yang mereka lakukan adalah memaksimalkan potensi hari pasar, sebuah tradisi berdagang yang diadakan dua kali seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis. Di hari pasar ini, Mama-mama Papua menjajakan aneka hasil bumi, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, makanan khas Papua, babi, kayu bakar, dan pinang. Pasar ini menjadi nadi ekonomi vital bagi warga, di mana mereka dapat memasarkan produk mereka dan memenuhi kebutuhan hidup.
Menurut Pendeta Amis, seorang tokoh agama dan masyarakat di Distrik Mbua, kondisi ekonomi masyarakat saat ini masih tergolong tradisional, di mana kegiatan produksi hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Hal ini sejalan dengan teori ahli ekonomi Walt Whitman Rostow dalam bukunya “The Stages of Economic Growth”, yang menggambarkan bahwa masyarakat tradisional berada pada tahap awal perkembangan ekonomi.
Namun, semangat untuk maju tidak padam. Pendeta Amis bersama masyarakat dan Prajurit Lintas Udara 432 Kostrad tidak patah arang. Mereka berupaya keras untuk meningkatkan laju ekonomi distrik ini. Salah satu langkah yang mereka upayakan adalah mencarikan bantuan kendaraan angkutan darat Wamena-Mbua. Dengan adanya akses yang lebih mudah, diharapkan masyarakat Mbua dapat menjual hasil bumi mereka di Wamena dengan harga yang lebih baik.(ery)