Mekah, infodis.id – Musim haji tahun 1445 H/2024 M diwarnai dengan kabar duka. Sebanyak 1.301 jamaah haji wafat, dengan mayoritas (83 persen) berasal dari kalangan jamaah non-haji atau menggunakan visa non haji. Hal ini diungkapkan oleh Konsul Haji pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah, Nasrullah Jasam.
Menurut Nasrullah, cuaca panas ekstrem di Kota Suci Makkah dan sekitarnya menjadi penyebab utama kematian para jamaah. Suhu udara di Makkah, Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) mencapai lebih dari 50 derajat celsius saat periode menjelang dan sesudah puncak haji.
Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa jamaah non-haji harus menempuh perjalanan jauh di bawah terik matahari tanpa tempat berlindung atau tenda untuk beristirahat. Ditambah lagi, di antara mereka terdapat jamaah lanjut usia dan penderita penyakit kronis.
Kepala Bidang Kesehatan pada Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), dr. Indro Murwoko, mengatakan bahwa angka kematian jamaah haji Indonesia saat puncak haji di Armuzna mengalami penurunan dibanding tahun lalu.
“Angka kematian jamaah haji Indonesia pada periode Armuzna mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Tercatat 40 jamaah haji Indonesia wafat, dengan 11 jamaah wafat di Arafah dan 29 jamaah wafat di Mina.”terang dr Indro.
Pemerintah Arab Saudi terus berusaha mengidentifikasi identitas jamaah yang wafat untuk menghubungi keluarga, menerbitkan sertifikat kematian, dan memakamkan mereka dengan layak. (ery)