17 Mei 2024
INFODIS.ID
INFO PENDIDIKAN

Pengabdian Masyarakat, Tim Dosen Universitas Petra Berikan Pengayak Sampah

Surabaya, infodis.id – Tiga dosen di PCU (Petra Christian University) Surabaya dari berbagai program saling kolaborasi melakukan Pengabdian Masyarakat hasil hibah LLDIKTI (Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi) Wilayah VII. Mereka memberikan Mesin Pengayak Rajangan Sampah ke Desa Mojotrisno, Mojokerto.

Setiap harinya di desa tersebut, sampah basah atau keringnya mencapai 720 kilogram/hari, yang berpotensi untuk diolah jadi pupuk organik serta bisa dijadikan nilai tambah secara ekonomi.

Ketiga dosen tersebut adalah Amelia, S.T., M.T., dari Sustainable Mechanical Engineering and Design, Dr. Njo Anastasia, S.E., M.T., dari Finance and Investment dan Drs. Jani Rahardjo, MBA., Tech., PH.D., yang berasal dari Industrial Engineering. Mereka memberikan Mesin Pengayak Rajangan Sampah pada masyarakat desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung.

“Kegiatan ini memanfaatkan hibah LLDIKTI Wilayah VII yang kami peroleh sebesar sebesar Rp 50 juta. Sebelumnya kami telah melakukan survei ke Desa Mojotrisno, mereka tidak mempunyai mesin pengayak ini. Jadi ini sesuai dengan kebutuhan para warga.” kata Amelia di Surabaya Minggu (3/12/2023).

Amelia menjelaskan bahwa alat ini telah berada di desa Mojotrisno sejak 14 Oktober 2023 yang lalu. Berbeda dengan alat pengayak pada umumnya, alat pengayak yang diberikan ini memperhatikan K3 atau Keselamatan dan Keselamatan Kerja.

“Caranya, kami menambahkan cover agar hasil ayakan tidak mengganggu kesehatan para pekerja juga. Serta melindungi pekerja dari putaran mesin dan barang-barang yang mungkin lompat dari ayakan,” tambah Jani, anggota tim hibah.

Sejak mendapatkan hibah bulan Juni lalu, tim hibah ini langsung melakukan perencanaan sekaligus survei yang dibantu mahasiswa program Mechanical Engineering melalui program LEAP (Leadership Enhancement Program) serta Finance and Investment khusus untuk pelatihan manajemen keuangan. Berdasarkan survei, desa ini masih membutuhkan mesin pengayak yang biasa digunakan untuk meningkatkan produktivitas proses produksi pupuk organik.

Untuk pengelolaan sampah dalam jumlah besar, warga Desa Mojotrisno belum memiliki kemampuan dalam pengelolaan pupuk baik dari sisi teknik (proses produksi) dan manajemen usaha (peningkatan produktivitas dan laporan keuangan). Maka dari itu, tak hanya memberikan alat saja, tim hibah ini juga melakukan pendampingan secara operasional terkait penggunaan dan pemeliharaan alat serta pelatihan manajemen.

Sementara itu, Maspuatin, yang merupakan penggerak desa mengaku sangat senang dengan adanya bantuan ini. “Bersyukur sekali dan sangat berterima kasih dengan adanya pengadaan alat ini di sini. Sebab secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan mereka dengan mengolah sampah yang sudah ditimbun sebelumnya,” jelasnya.

Mesin pengayak yang berkapasitas 50 kilogram/jam ini mampu melakukan pengayakan dengan ukuran maksimal 5 mm. Sedangkan di Desa Mojotrisno, sampah yang paling banyak ialah daun bambu. Butuh waktu tiga minggu untuk mengolah sampah daun bambu, mulai dari proses penghancuran, fermentasi, untuk kemudian diayak. “Jadi harapannya hasil rajangan dari mesin pengayak ini bisa meningkatkan kualitas dan produktivitas pupuk kompos”, tutup Amelia. (abi)

Related posts

Memahami Perbedaan Antara Yudisium dan Wisuda

Editor: [ Hary Prasodjo ]

ITS Inovasikan Nanopartikel Tembaga Jadi Filter Antivirus di Rumah Sakit

adminredaksi

ITS Pertahankan Juara Umum KRI Kali Kelima

adminredaksi