Tahun ini adalah kali pertama Surabaya melakukan kegiatan lomba inovasi tersebut.
Dosen yang akrab disapa Mudja ini mengatakan bahwa ini bukan semangat globalisasi tapi glokalisasi untuk mengangkat potensi kearifan lokal agar mampu bersaing pada masyarakat yang harus dijunjung tinggi.
“Untuk bisa maju, belajar dari diri sendiri bukan menyuruh negara lain. Jangan pernah malu mengangkat budaya sendiri,” tandasnya berpesan.
Sementara itu, Andre Parvian Aristio SKom MSc selaku pendamping kegiatan tersebut menjelaskan, dalam upaya mendapatkan piagam MURI ini harus ada persetujuan dari Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) untuk memvalidasi surabaya memiliki inovasi paling banyak.
Menurut dosen Sistem Informasi ini, persiapan yang dilakukan cukup panjang dan melibatkan banyak pihak hingga bisa mendapat penghargaan MURI tersebut.
“Kami fokus mengawal Bapedalitbang (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan) karena memberikan tanggung jawab penuh kepada DSI ITS. Partisipasi dosen, mahasiswa, ASN (aparatur sipil negara), masyarakat umum, dan semua pihak kami libatkan,” terang Andre.