7 Mei 2024
INFODIS.ID
INFO HOBI

Limbah Kampanye Pemilu Disulap Jadi Karya Seni Penuh Kritik di Bali

Spanduk bekas kampanye pemilu jadi karya seni oleh Komunitas Pojok. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

Denpasar, infodis.id – Di tengah hiruk pikuk perhelatan politik Pemilu 2024, sekelompok seniman di Bali menghadirkan pameran seni yang tak biasa. Bertajuk “Cover Up”, pameran ini memamerkan karya seni yang terbuat dari limbah alat peraga kampanye, seperti spanduk dan baliho.

Pameran yang diadakan di Taman Baca Kesiman, Denpasar, ini menampilkan 20 karya seni dengan ukuran beragam, dari yang kecil hingga raksasa berukuran lebih dari dua meter. Karya-karya ini tak hanya indah dipandang, tetapi juga sarat pesan kritis terhadap proses dan praktik pelanggaran Pemilu di Indonesia.

“Pameran baliho ini memanfaatkan alat peraga pemilu yang sudah tidak ada gunanya lagi. Tema besar yang diangkat dalam pameran ini adalah memparodikan situasi demokrasi yang terjadi dalam ritus lima tahunan di Indonesia,” jelas Tian, salah satu panitia pameran seperti dilansir mongabay.

Para seniman dari Komunitas Pojok, yang terdiri dari Slinat, Bob Trinity, Wild Drawing, Mister(ious) X, dan @space.kingkong, menuangkan kritik mereka melalui berbagai media. Slinat, misalnya, melukis di atas bekas spanduk pemilu dengan gambar ilustrasi orang yang memohon doa restu dengan tangan terlipat, namun kepalanya dikelilingi asap cerobong pabrik. Karya ini seolah ingin menyampaikan pesan bahwa pemimpin yang terpilih tak jarang hanya mementingkan diri sendiri dan mengabaikan rakyatnya, bahkan merusak lingkungan.

Karya-karya lain juga tak kalah menohok. Ada yang menampilkan foto-foto politisi dengan ekspresi lucu dan ironis, ada pula yang menggunakan simbol-simbol politik untuk menyampaikan kritik terhadap kecurangan dan manipulasi dalam Pemilu.

Pameran “Cover Up” ini tak hanya menarik perhatian para pencinta seni, tetapi juga memantik diskusi publik tentang demokrasi dan pengelolaan sampah. Di Bali sendiri, pengelolaan sampah masih menjadi masalah yang belum terselesaikan sepenuhnya. TPST Kesiman Kertalangu dan Samtaku Jimbaran, misalnya, kerap diprotes warga karena polusi yang dihasilkan. Ditambah lagi, beberapa TPA di Bali juga terbakar akibat kemarau dan penumpukan gas metana.

Pameran ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa pesta demokrasi tak hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang tanggung jawab terhadap lingkungan dan masa depan bangsa. Limbah kampanye yang berserakan menjadi simbol kesembronoan dan kegagalan kita dalam mengelola sumber daya alam.

“Melalui pameran ini, kami ingin mengajak masyarakat untuk lebih kritis terhadap pemimpin yang mereka pilih dan juga lebih peduli terhadap lingkungan,” ujar Tian.

Pameran “Cover Up” telah berakhir, namun pesan-pesannya masih relevan untuk direnungkan. Mari kita jadikan momen ini sebagai titik balik untuk membangun demokrasi yang lebih sehat dan bertanggung jawab, serta lingkungan yang lebih lestari.(ery)

Related posts

Ratusan Pemancing dari Berbagai Negara Adu Skill di Banyuwangi

Editor: [ Iskandar Pribowo ]

Brooks Wackerman Berbagi Wawasan Tentang Drum dan Rutinitasnya

Marvel’s Spider-Man 2 Tembus 5 Juta Kopi dalam 10 Hari, Bukti Kedigdayaan Insomniac Games