Jakarta, infodis.id – Dalam sebuah diskusi daring yang digelar oleh Sekretariat Kabinet, Deputi Bidang Perekonomian, Satya Bhakti Parikesit, menyoroti pentingnya peningkatan produksi daging sapi untuk mencapai target swasembada nasional yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo. Indonesia, yang pada tahun 1970-an pernah menjadi eksportir daging sapi, kini menghadapi tantangan besar dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada impor daging sapi.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, Indonesia mengimpor sekitar 225 ribu ton daging sapi dengan nilai mencapai 861,5 juta Dolar AS. Mayoritas impor ini berasal dari Australia dan India, menunjukkan tingkat ketergantungan yang signifikan pada negara-negara tersebut. Akibatnya, harga daging sapi di dalam negeri menjadi tidak terkendali.
Bhakti menegaskan bahwa peningkatan produksi daging nasional menjadi kunci untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan menjaga stabilitas harga daging di pasar domestik. Namun, tantangan yang dihadapi tidaklah sedikit.
“Beberapa persoalan lainnya, termasuk saat ini di Indonesia, berkaitan dengan tantangan outbreak virus penyakit mulut dan kuku (PMK) sejak 3 April 2022 yang banyak menyerang hewan berkuku belah, termasuk sapi dan kerbau, menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Indonesia dalam swasembada daging nasional,” tandasnya.
Peningkatan produksi daging nasional bukanlah tugas yang mudah, namun dengan komitmen bersama dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, Indonesia dapat mencapai tujuan swasembada daging dan mengurangi ketergantungan pada impor. Langkah ini tidak hanya akan mengamankan pasokan pangan nasional, tetapi juga akan memberikan dampak positif bagi ekonomi petani dan stabilitas harga di pasar domestik. (ery)