2 Mei 2024
INFODIS.ID
HeadlineINFO LAIN

Teknologi, Ibadah, dan Nilai Keagamaan

Jakarta, infodis.id – Kemajuan teknologi telah merambah ke berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang ibadah. Hal ini tidak terlepas dari tuntutan zaman yang semakin modern dan dinamis.

Dalam konteks ibadah haji, misalnya, penggunaan teknologi telah banyak diterapkan untuk memudahkan para jemaah. Salah satunya adalah penggunaan travelator untuk tawaf.

Menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, penggunaan travelator untuk tawaf adalah hal yang dibolehkan. Hal ini karena nilai utama ibadah tawaf adalah jumlah putarannya, yaitu tujuh kali.

“Tetapi kalau enggak kuat jalan kaki kemudian juga memang secara fisik sangat lemah, ternyata kan boleh dengan duduk manis begitu, kemudian mengelilingi Ka’bah tujuh kali,” ungkap Mu’ti.

Selain travelator, ada juga wacana ibadah haji dengan metaverse. Wacana ini muncul karena perkembangan teknologi metaverse yang memungkinkan seseorang untuk berinteraksi di dunia virtual.

Namun, wacana ini tidak sesuai dengan ayat perintah berhaji. Dalam ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk datang ke Baitullah secara langsung.

Di sisi lain, Mu’ti juga menekankan pentingnya penguasaan teknologi untuk merawat lembaga Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Menurutnya, AUM tidak boleh hanya sekadar bertahan, melainkan mengikuti segala dinamika dengan capaian yang diinginkan.

“Kita tidak boleh sekadar bertahan, tetapi juga mungkin bertengger. Kalau bertahan kan sekadar bertahan saja, kalau bertengger itu mesti di ata. Karena itu kuncinya agar kita ini bisa bertengger tidak sekadar bertahan maka memang harus ada inovasi, kreasi,” ungkapnya.

Kebaruan, menurut Mu’ti, tidak harus sama sekali baru dan belum ada di tempat lain. Tetapi kebaruan tersebut menjadi baru karena dia unik, sehingga keunikan tersebut menjadi menonjol dan pembeda dengan yang lain.

Teknologi dan Nilai Keagamaan

Penggunaan teknologi dalam ibadah memang menimbulkan berbagai pro dan kontra. Namun, pada dasarnya, teknologi dapat menjadi sarana untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas ibadah.

Asalkan, penggunaan teknologi tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan. Misalnya, penggunaan travelator untuk tawaf yang tidak mengurangi nilai utama ibadah tawaf, yaitu jumlah putarannya.

Selain itu, penting juga untuk menjaga nilai-nilai keagamaan dalam inovasi dan kreasi yang dilakukan. Inovasi dan kreasi tersebut haruslah sejalan dengan nilai-nilai keagamaan yang menjadi dasar ibadah.

Dengan demikian, penggunaan teknologi dalam ibadah dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan kualitas ibadah. (ery)

Related posts

Polrestabes Surabaya Bongkar Sindikat Judi Online

adminredaksi

Survei Poltracking Sebut Capres Ridwan Kamil Ungguli Erick Thohir dan Puan Maharani

adminredaksi

Pemkot Surabaya Data Ulang Warga Indekos di Eks Lokalisasi Moroseneng

adminredaksi