Surabaya,infodis.id – Profesor Mashuri SSi MSi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan bahan antiradar untuk mendukung teknologi pertahanan dan keamanan nasional.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kejadian pada tahun 2010, di mana pesawat asing melintasi Laut Jawa tanpa terdeteksi oleh radar. Kejadian tersebut menjadi alarm bagi Indonesia untuk meningkatkan teknologi pertahanannya.
“Saat itu informasi teknologi antiradar masih terbatas, kami bertekad untuk menginisiasi dan ikut meneliti bahan penyerap gelombang radar,” ujar Mashuri.
Bahan antiradar ini dibuat dari pasir besi Lumajang dan arang bambu. Pasir besi disintesis untuk mengekstrak serbuk magnetik, sedangkan arang bambu dikarbonisasi untuk menghasilkan serbuk reduced Graphene Oxide (rGO).
Uji coba menunjukkan bahwa perpaduan kedua material ini mampu menyerap gelombang radar hingga 20 desibel (dB), dengan daya serap lebih dari 99 persen.
Mashuri menjelaskan bahwa bahan antiradar ini diharapkan dapat diaplikasikan dalam waktu cepat pada sektor pertahanan dan keamanan nasional.
“Harapannya, kita mampu menguasai dan memiliki pemahaman yang sama dengan negara lain serta tidak hanya bergantung dari pihak luar,” tandasnya.(ery)