3 Mei 2024
INFODIS.ID
INFO PENDIDIKAN

Tactus, Inovasi Mahasiswa Ubaya Untuk Bantu Tuna Netra

Surabaya, infodis.id – Mahasiswa Program Studi Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya), Alicia Secsionia Chandana membuat karya inovasi yang ditujukan untuk membantu anak disabilitas, khususnya tuna netra dalam kegiatan sehari-hari. Tactus adalah nama yang diberikan pada produk set alat makan yang dibuat, untuk tugas akhirnya.

Satu set produk tersebut terdiri dari piring, sendok, dan garpu. Alat makan ini dilengkapi huruf braille yang berfungsi sebagai tanda alat makan dan jenis makanan, agar anak disabilitas bisa mengetahui makannya tanpa harus menyentuh.

“Sebenarnya alat makan ini diadaptasi dari alat makan pada umumnya, tapi bedanya set alat makan Tactus ini dibuat lebih tinggi 5 centimeter dan dilengkapi dengan braile agar bisa dirasakan dimana posisi makanannya,” kata Alicia, saat ditemui di kampusnya pada Senin (15/4/2024).

Alicia menjelaskan bahwa pembuatan inovasi tersebut dilatarbelakangi adanya jumlah penyandang disabilitas netra yang semakin bertambah di Indonesia.

“Jumlah disabilitas netra di Indonesia semakin banyak dan banyak dari mereka membutuhkan perhatian lebih agar bisa melakukan aktivitas secara mandiri,” imbuhnya.

Tactus diproduksi dengan material kayu jati yang kokoh dan tahan lama. Piring Tactus memiliki diameter 20 centimeter dan tinggi 5 centimer sementara sendok dan garpunya memiliki panjang 12 centimeter dan tebal 2 centimeter.

Pada sisi luar piring terdapat huruf braille sebagai penanda jenis makanan seperti lauk, sayur, nasi, dan buah. Sehingga pengguna dapat mengetahui letak makanan tanpa harus menyentuhnya secara langsung.

Lulusan SMA Stella Maris itu menyebut, pembuatan Tactus dimulai sejak dirinya menempuh semester 5. Proses dimulai dari pengembangan ide, brainstorming, sketsa, studi model, proses produksi, hingga branding produk.

“Total waktu sekitar satu tahun. Namun untuk pembuatan produknya sendiri membutuhkan waktu sekitar dua bulan,” ungkapnya.

Alicia mengungkapkan, tantangan terbesar dalam inovasi ini adalah mencari pengrajin yang bisa membantu mewujudkan produk sesuai desain. Banyak ditemukan pengrajin yang bisa membuat alat makan, namun sulit menemukan pengrajin yang bisa memahat huruf braille di permukaan produk.

“Setelah beberapa kali sempat berpindah-pindah pengrajin, akhirnya menemukan pengrajin yang mampu dan syukurlah produk dapat diselesaikan dengan baik,” ujarnya.

Menurutnya, alat ini bisa digunakan mulai anak usia TK untuk membiasakan mereka bisa makan secara mandiri diusia yang lebih dewasa.

Sementara itu, anak penyandang disabilitas Netra Locita Aulia Hadi Azahra yang mencoba set alat makan tersebut merasa terbantu dan bisa lebih mudah memasukan makanan ke mulutnya.

“Baru pertama coba alat makan seperti ini. Iya, lebih membantu karena bisa buat potong lauknya,” tandasnya. (Abi)

Related posts

Suasana Haru Warnai Penerimaan SK Penataan dan Pemetaan Ratusan Guru

Abmas ITS Inovasikan CNC Milling untuk Tingkatkan Produksi UKM Manufaktur

adminredaksi

HKB 2022, Unitomo Teken Nota Kesepahaman dengan BNPB

adminredaksi