Lulu juga memberikan gambaran terkait cara kerja Chem-E-Car, di mana prototipe itu menggunakan senyawa Hydrogen Peroxide dan Ferric Chloride yang kemudian bereaksi menghasilkan oksigen. Selanjutnya, oksigen dialirkan menuju transducer dan tekanan udara dibaca secara digital. Oksigen mengalami proses penyaringan untuk melepaskan cairan-cairan yang masih tersisa dari hasil reaksi untuk menghasilkan oksigen murni.
Lebih lanjut, jelas Lulu, oksigen yang telah disaring pun disetel tekanannya sebesar nilai 0,2 bar.
Pergerakan gas pun diatur melalui alat bernama air filter regulator dan dikirim menuju sistem pneumatik (sistem gerak yang memanfaatkan udara).
“Aliran gas dengan pergerakan yang konstan ini kemudian masuk ke sistem pneumatik yang digunakan untuk mendorong mobil agar dapat melaju,” terang Lulu lagi.
Untuk mengetahui sejauh apa mobil dapat bergerak, mahasiswi yang pernah menjadi asisten Laboratorium Bioteknologi Industri itu menambahkan bahwa tim Spektronics melakukan kalkulasi terhadap jarak tempuh yang dapat dilalui mobil serta titik tempat mobil dapat berhenti.
Perhitungan ini juga menggunakan bantuan alat bernama timing belt pulley untuk memperkecil error, sehingga pergerakan mobil menjadi semakin akurat dan mobil akan berhenti ketika gas yang mendorongnya telah habis.