New York, infodis.id – Lebih dari 500 karyawan OpenAI menuntut pengunduran diri dewan perusahaan setelah pemecatan mendadak CEO Sam Altman. Para karyawan menuduh dewan tidak memperlakukan pemecatan Altman dengan baik, tidak memberikan bukti memadai untuk klaim bahwa Altman tidak jujur dengan dewan, dan “berunding dengan tidak baik” dengan pimpinan eksekutif perusahaan.
Para karyawan juga memperingatkan bahwa mereka akan “segera” mengikuti Altman ke Microsoft, di mana ia telah dipekerjakan sebagai direktur penelitian.
Pemecatan Altman telah menyebabkan perpecahan internal di OpenAI. Mira Murati, yang diumumkan sebagai pengganti sementara Altman, dan Ilya Sutskever, pendiri bersama OpenAI, ilmuwan kepala, dan anggota dewan yang berperan dalam pemecatan Altman, termasuk dalam yang menandatangani surat tuntutan.
Sutskever telah memposting permintaan maaf yang mengakui kontribusinya pada krisis kepemimpinan. Surat tersebut menyoroti perpecahan internal di OpenAI setelah pemecatan Altman dan menimbulkan keraguan tentang nasib tiga anggota dewan non-karyawan OpenAI, termasuk CEO Quora Adam D’Angelo, pengusaha teknologi Tasha McCauley, dan Helen Toner, direktur strategi dan riset di Georgetown University dilansir cnn.
Microsoft telah menawarkan Altman paket kompensasi yang besar dan kemungkinan akan memberikannya tingkat otonomi yang lebih besar daripada yang dia miliki di OpenAI. Hal ini dapat menarik lebih banyak karyawan OpenAI untuk pindah ke Microsoft.
Perkembangan ini juga dapat merusak reputasi OpenAI sebagai perusahaan penelitian AI yang terkemuka. Perusahaan tersebut telah berjuang untuk mempertahankan identitasnya sebagai organisasi nirlaba dan telah menghadapi kritik karena hubungannya dengan Microsoft.
Ketidakpastian di OpenAI dapat menghambat kemajuan penelitian AI di perusahaan. Perusahaan tersebut telah membuat kemajuan signifikan dalam pengembangan model bahasa besar, tetapi masih harus dilihat apakah dapat mempertahankan keunggulannya dalam bidang ini tanpa kepemimpinan Altman. (ery)