Dalam tempo sekitar 1,5 bulan, Musdiq mengaku, pihaknya bersama FIB Unair menggandeng komunitas hingga pemerhati sejarah dapat merampungkan penyusunan naskah ensiklopedia tersebut. Bahkan, dalam menyelesaikan naskah itu, Dispusip juga melibatkan tutor dari sejumlah bidang keahlian.
“Dalam tempo cepat kita kerahkan seluruh petugas kita dari perpustakaan, Unair dan komunitas sejarah untuk merampungkan ini. Ada satu lokakarya, penyusunan konten dan ada beberapa tutor dari beberapa keahlian,” katanya.
Menurut dia, 10 entri ensiklopedia ini menjadi pengungkit untuk bisa menyusun kearifan lokal Surabaya yang lebih luas lagi. Misalnya dari sisi seni, saat ini naskah ensiklopedia masih diisi Seniman Gombloh, sementara di Surabaya sendiri masih banyak seniman-seniman yang lain.
“Kemudian Ritus misalnya, selain Sedekah Bumi kan masih banyak lagi. Lalu, Olahraga Tradisional juga masih banyak. Jadi, kita membuat wadah dulu bagaimana nanti ini bisa kita lengkapi,” terangnya.