Hampir setengah (43%) dari mereka merasa bahwa pandemi COVID-19 memperburuk rasa tidak aman di rumah. Dan 46% mengatakan pandemi ini memperburuk rasa tidak aman di lingkungan sekitar, dalam 6 bulan sebelum survey di bulan Agustus 2020. Jelas ini mencerminkan posisi tawar perempuan lebih rendah dari laki-laki yang diperkuat budaya setempat.
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 juga memperkuat sikap ‘menerima’ perlakuan kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT) pada sekitar 31% perempuan. Adalah tugas berat bagi para delegasi W20 untuk memastikan bahwa tema “Global Health Architecture” G20 mencerminkan kemauan politik (political will) untuk menambah ketersediaan faskes dengan layanan ANC di Indonesia Timur serta edukasi perempuan tentang hak-hak mereka untuk merubah sikap ‘nerima’ risiko KDRT. Keduanya merupakan syarat mutlak dalam pengendalian risiko kematian ibu.
Co-Founder Sehati Indonesia, Anda Waluyo Sapardan, mengatakan, kepresidenan Indonesia pada G20 tahun ini memiliki proposisi nilai yang kuat untuk diplomasi kesehatan dengan menempatkan transformasi digital sebagai salah satu topik prioritas untuk G20 tahun ini. Indonesia memahami pentingnya kemakmuran bersama yang harus dicapai.
“Oleh karena itu, perlu peran dan aksi nyata untuk meningkatkan respons kesehatan agar pulih bersama,” ucapnya.
Ia memberikan contoh nyata seperti Sehati TeleCTG, salah satu teknologi buatan Indonesia yang memiliki kualifikasi untuk digunakan secara global. Hasil pengembangan teknologi di bidang kesehatan ini dapat memperkuat posisi Indonesia dalam mendukung pengembangan arsitektur kesehatan global, sekaligus membuat perbedaan dan kontribusi nyata bagi dunia dalam membantu menurunkan angka kematian ibu, neonatal, dan stunting intra uterine.