5 Mei 2024
INFODIS.ID
Indeks BeritaINFO PENDIDIKAN

Ubaya Gelar Studium Generale 2022-2023 Seri Tiga, Bahas Toleransi Beragama

Surabaya, Infodis.id – Universitas Surabaya (Ubaya) menggelar studium generale 2022-2023 seri tiga bertema “Menakar Indonesia ke Depan: Harmoni Kehidupan Beragama untuk Merawat Indonesia”.

Pada seri ketiga ini, Ubaya mengundang Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), K.H. Yahya Cholil Staquf dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si. sebagai pembicara, Rabu (31/8/2022).

Studium generale adalah kuliah tamu yang diadakan Ubaya dengan menghadirkan sejumlah tokoh nasional. Para tokoh tersebut akan memaparkan wawasan dan ide cemerlang dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pada seri ketiga ini, tema yang dibawakan pembicara berbeda dengan dua seri sebelumnya.

Ketua Panitia Studium Generale 2022-2023 Seri 3, Amirul Ulum, S.Sos., M.IP., menyebut pemilihan tema menyesuaikan momen kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 tahun yang saat ini euforianya masih dirasakan oleh masyarakat.

“Hal ini membuat pembahasan mengenai toleransi dan merawat Indonesia dari segi kerukunan beragama menjadi topik yang tepat untuk didiskusikan. Pembahasan ini juga dapat menjadi insight baru bagi calon pemimpin bangsa agar mampu membawa Indonesia hidup berharmoni di tengah keberagaman yang ada,” imbuhnya.

Rektor Ubaya, Dr. Ir. Benny Lianto, M.M.B.A.T, mengatakan topik yang dibahas pada studium generale kali ini sesuai dengan visi Ubaya yang ingin mencetak pemimpin nasional yang berkarakter dan memiliki integritas melalui dunia pendidikan.
“Melalui acara ini, Ubaya ingin mengajak mahasiswa, civitas akademika, serta seluruh masyarakat untuk mewujudkan kebhinekaan dan keberagaman potensi bangsa. Ini adalah modal sosial untuk mewujudkan Indonesia maju,” ujarnya.

Mengundang K.H. Yahya Cholil Staquf dan Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si. sebagai pembicara, diungkap Amirul, menjadi langkah yang tepat apabila membahas mengenai toleransi keberagaman.

“Selama ini, di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama terbukti bisa saling bersinergi tanpa menghilangkan karakteristik masing-masing. Sikap inilah yang ingin Ubaya tekankan kepada para civitas akademika dan masyarakat luas untuk bisa hidup berdampingan dalam perbedaan,” jelasnya.

Ia menambahkan, dari pemaparan sudut pandang pembicara, audiens bisa memiliki pemahaman yang holistik terkait tradisi, kebiasaan, dan cara mereka untuk mempertahankan persatuan umat beragama di Indonesia.

Selama kurang lebih satu tahun kedepan akan digelar forum serupa guna membahas tema besar ‘Menakar Indonesia ke Depan’. Di tiap bulannya, Ubaya akan mengundang tokoh nasional dan pejabat publik untuk mendiskusikan tema tersebut dari bidang dan sudut pandang pembicara.

Materi-materi yang didiskusikan pada kegiatan ini akan didokumentasikan, salah satunya dalam bentuk buku.

Benny berharap melalui studium generale seri tiga, masyarakat dapat memiliki wawasan yang lebih dalam tentang harmoni kehidupan di tengah perbedaan.

“Semoga civitas akademika Ubaya dapat semakin menghayati pesan kebhinekaan serta toleransi antar sesama dan meningkatkan kepedulian untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan bangsa di masa depan,” pungkasnya. (sam/elang)

 

Related posts

Bupati Sidoarjo Cetak Enterpreneur dari Kalangan Santri

adminredaksi

Mahasiswa MM FEB Unair Kampanye “Gen Unair+” Pada Siswa SD

Editor: [ Iskandar Pribowo ]

Generasi Muda Indonesia Perlu Kembangkan IoT

adminredaksi