Washington D.C, infodis.id – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS) telah meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang melarang operasi TikTok di wilayah AS. Mayoritas anggota DPR menyetujui RUU ini dengan alasan keamanan data pengguna.
CEO TikTok, Shou Zi Chew, angkat bicara terkait lolosnya RUU tersebut. Ia menyatakan kekecewaannya dan menyebut hasil pemungutan suara melenceng dari fakta. Menurutnya, RUU ini menunjukkan bahwa anggota DPR AS tidak percaya dengan keamanan penyimpanan data TikTok dikutip voi.
Shou menegaskan bahwa data para pengguna TikTok di AS terjaga dengan aman dari pihak mana pun, termasuk pemerintah China. Ia menjelaskan bahwa TikTok telah berinvestasi selama beberapa tahun terakhir untuk menjaga keamanan data dan platformnya dari manipulasi pihak luar.
“Kami telah berkomitmen untuk terus menjaga keamanan data Anda dan platform kami bebas dari manipulasi pihak luar,” kata Shou dalam unggahan TikTok Policy di platform TikTok.
Shou juga menekankan bahwa larangan TikTok akan merugikan banyak pihak, baik itu pengguna biasa maupun para pebisnis. Ia menyebut lebih dari 300 ribu orang akan terdampak karena mereka tidak bisa menghasilkan uang lagi dengan berbisnis di platform tersebut.
“Kami tahu betapa pentingnya TikTok bagi Anda semua. Hal ini telah memberikan 170 juta pengguna kami sebuah platform untuk mengekspresikan diri mereka secara bebas dan telah memberdayakan lebih dari 7 juta bisnis di Amerika Serikat,” ungkap Shou.
Dampak Larangan TikTok:
Pengguna di AS tidak bisa lagi menggunakan TikTok.
Para pebisnis yang menggunakan TikTok untuk berjualan akan kehilangan platformnya.
Lebih dari 300 ribu orang yang bekerja di TikTok AS akan kehilangan pekerjaan.(ery)