Jakarta, infodis.id – Kenaikan elektabilitas Prabowo Subianto sebesar 9,7 persen, sebagaimana diumumkan oleh survei Lembaga Survei Indonesia (LSI), menuai keraguan dan pertanyaan dari pengamat. Pengamat dari Pusat Studi Demokrasi, Kiki Rizki Octavian, mengungkapkan keanehan tersebut dalam opininya yang diterbitkan di media.
Rizki menyoroti bahwa kenaikan elektabilitas Prabowo sebesar 9,7 persen dalam kurun waktu 48 hari, setara dengan 19,8 juta suara jika diterapkan pada basis Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebesar 204 juta. Ia mempertanyakan bagaimana mungkin Prabowo bisa mendapatkan tambahan 416.000 suara setiap hari selama 48 hari.
“Apakah istilah Gemoy dan perubahan unsur kimia dalam Asam Folat hingga bisa menjadi Asam Sulfat punya kemampuan meyakinkan 19,8 juta orang untuk pindah dalam 48 hari?” tanya Rizki.Selasa (12/12/2023)
Rizki juga menyoroti bahwa dalam satu bulan terakhir, terdapat banyak sentimen negatif yang menimpa Prabowo, seperti Mahkamah Keluarga, Politik Dinasti, perubahan aturan walikota menjadi capres/cawapres, perubahan aturan debat, dan baliho “misterius.” Ia menunjukkan ironi bahwa kesalahan yang dilakukan oleh Prabowo dan Gibran malah membuat suara meninggalkan Ganjar dan Mahfud.
Rizki menyimpulkan bahwa fenomena kenaikan 9,7 persen atau 19,8 juta suara dalam 48 hari adalah sesuatu yang luar biasa dan perlu dipahami dengan seksama.
Apapun penyebabnya, kenaikan elektabilitas Prabowo yang signifikan ini tentunya perlu diwaspadai oleh para calon presiden lainnya. Jika fenomena ini benar terjadi, maka Prabowo akan menjadi salah satu kandidat terkuat dalam Pilpres 2024.(ery)