Lebih lanjut, lelaki kelahiran Surabaya, 24 Juli 1980 ini menuturkan bahwa secara teori, jamur
pelapuk kayu coklat mengandung senyawa radikal hidroksil yang mampu mendegradasi struktur kimia kompleks pada limbah polutan. Selain itu, Adi menemukan jamur pelapuk kayu coklat, khususnya spesies Fomitopsis pinicola, diketahui memiliki kemampuan degradasi limbah yang sangat tinggi.
Adi mengungkapkan bahwa jamur memiliki kemampuan adaptasi lingkungan yang tinggi seperti yang mengandung toksisitas tinggi, pH rendah, dan nutrisi yang sedikit. Oleh karena itu, jamur dinilai sesuai untuk menjadi agen pendegradasi limbah-limbah kimiawi.
“Tapi durasi proses biodegradasi ini memakan waktu yang lama yaitu dua minggu,” tandas suami dari Sri Fatmawati SSi MSc PhD ini.
Untuk mempercepat proses biodegradasi, Adi mengombinasikan jamur tersebut dengan bakteri yang memiliki kemampuan biodegradasi yang tinggi seperti Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, dan Ralstonia pickettii. Selain itu, Adi juga membuat produk berupa super-adsorpsi yang mengandung jamur dan bakteri agen pendegradasi.
“Saya membuat super-adsorpsi agar proses degradasi limbah menjadi lebih cepat,” ungkap ayah empat anak ini.